SEMINAR BUDAYA CYBER
"INTERNET DAN ARUS PERUBAHAN MASYARAKAT INDONESIA"
Untuk Pelajar/Mahasiswa, Dosen/Guru, Peneliti,
Jurnalis, Instansi pemerintah/swasta, Praktisi IT, dan Umum.
29 - 30 Agustus 2009, GSG Lt.2 SALMAN, Jln. Ganesha No.7, Bandung
Penyelenggara:
LPI Salman & Forum Studi Kebudayaan FSRD ITB
Latar Belakang:
Saat ini, dunia cyberspace sangatlah luas dipergunakan banyak orang. Bahkan orang yang sudah memiliki handphone tipe tertentu sudah mampu mengunduh internet melalui handphonenya. Namun, tidak sedikit orang yang menyalahgunakan penggunaan internet untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Ada yang membuka situs-situs bernuansa pornografi, ada yang membuat blog untuk mendiskreditkan orang-orang tertentu, ada yang menggunakan fasilitas internet untuk membuka usaha-usaha fiktif (yang berujung pada penipuan terhadap konsumen), dan sebagainya. Akan tetapi, ada pula orang yang menggunakan internet sebagai sarana promosi berbagai macam produk, ajang kegiatan sosial, sarana mencurahkan pikiran dan potensi diri, dan sebagainya.
Oleh karena beragamnya dampak yang dihasilkan dari penggunaan internet, kami berminat untuk menuangkannya dalam satu kegiatan seminar yang sekiranya dapat menambah pengetahuan kita semua tentang dunia cyberspace dan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan dunia cyberspace selanjutnya. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi ajang diskusi membahas kesulitan-kesulitan yang dihadapi setiap orang dalam pemakaian internet.
Pentingnya penyadaran secara etika dan budaya dalam seminar ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang sifatnya lebih hakiki dan permanen dalam hal berinternet. UU ITE, peraturan tidak tertulis, dll., hanyalah dari sekian aturan dan efek yang pada kenyataan sering dilanggar, dicari-cari titik kelemahannya, dan disalahgunakan. Semoga dengan pemahaman secara etika dan budaya akan menjadi benteng yang tidak dogmatis untuk menyikapi kehadiran dunia internet dalam keseharian kita.
Pola seminar ini akan dibagi ke dalam dua hari pelaksanaan, dengan sepuluh 10 pengarahan dari pemateri yang ahli di bidangnya masing-masing. Materi pelatihan ini juga telah disusun oleh satu tim dari komunitas Forum Studi Kebudayan Fakultas Seni Rupa & Desain, ITB yang selama ini aktif menggelar diskusi dan wacana pengetahuan.
Manfaat:
Peserta diharapkan dapat memahami hubungan internet dengan:
- filsafat teknologi, dan bagaimana kontekstualisasinya dengan Indonesia saat ini.
- budaya bebas (free culture) yang dicetuskan oleh Lawrence Lessig—dan konteksnya bagi Indonesia.
- multiplisitas dan diferensi yang dikaitkan dengan semiotika—khususnya dalam konteks Indonesia hari ini.
- lebenswelt dan bagaimana cyberspace dijinakkan menjadi bagian dari lebenswelt—
khususnya bagi manusia Indonesia.
- masa depan perbukuan di Indonesia, juga tentang orality dan secondary orality di Indonesia.
- jurnalisme baru dikaitkan dengan masa depan media massa cetak.
- gender—khususnya dikaitkan dengan konteks Indonesia.
- politik (dalam arti luas) konteksnya dengan keadaan Indonesia.
- ruang nyata (terkait fenomena komunitas virtual) di Indonesia yang membentuk gathering di ruang nyata.
- realitas—terkait dengan hierarki realitas dalam agama-agama dan realitas virtual dalam cyberspace.
Penyelenggara:
LPI Salman & Forum Studi Kebuyaan FSRD-ITB.
Bermitra dengan Dipan Senja, penerbit Jalasutra, LAB Design, dan LawangBuku.
Media partner: PR FM, Sky FM, dan Rase FM
Tempat dan Waktu:
Kegiatan akan bertempat di t. 2 Gedung Serbaguna Salman ITB,
Jln. Ganesha No.7, Bandung.
Waktu kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 29-30 Agustus 2009,
Hari 1: Sabtu, pukul 08.30 – 17.30 WIB
Hari 2: Minggu, pukul 13.00 – 17.30 WIB
Sasaran Peserta
Pelajar/Mahasiswa, Dosen/Guru, Peneliti, Jurnalis, Instansi pemerintah/swasta, peminat IT, dan Umum.
Biaya Pendaftaran
Rp 95.000,00 (sertifikat, makalah, snack, voucher diskon buku)
Peserta yang membawa 2 orang peserta baru (diskon 10%), 5 orang peserta baru (diskon 20%).
Tempat Pendaftaran:
1. a. Rumah Alumni (022-2530708),
b. Area Stand Buku setiap Jum’at di Salman ITB,
c. Perpustakaan Balepustaka, (022-4207232),
d. Radio partner : Rase FM
2. INFORMASI: 0857 215 27 097 (Shanty), 022-76 17 20 97 (Deni)
3. Email:
dipansenja@yahoo.com. Web:
www.dipansenja.blogspot.com Susunan Acara:
HARI/TANGGAL
WAKTU
PENGISI/PEMATERI
ACARA/MATERI
Hari 1, 29/ 08/ 2009
08.30- 09.00
LPI SALMAN & FSK FSRD ITB
Pembukaan & Sambutan
Ir. Cahyana Ahmadjayadi
Dirjen Aplikasi Telematika Departemen Komunikasi & Informatika RI
Keynote Speaker
SESI 1
09.30-11.30
Drs. Armahedi Mahzar , M.Sc
Filsuf teknologi dan dosen Departemen Sosioteknologi FSRD ITB
"Internet dan Dunia Cyber di Indonesia dalam Tinjauan Filsafat Teknologi Integralisme"
Roy Voragen, M.A.
Dosen Teori Politik Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAR
"Konsep Sharing VS Konsep Kekayaan Intelektual di Internet dalam Wacana Free Culture (Budaya Bebas)"
SESI 2
13.00-15.00
Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A.
Dosen Program Studi Desain Produk FSRD ITB dan pengkaji semiotika
"Berlimpahnya Tanda di Internet dalam Tinjauan Semiotika"
Prof. Dr. Bambang Sugiharto
Guru Besar Fakultas Filsafat UNPAR
"Membangun Kaitan antara Dunia Virtual di Internet dengan Kehidupan Keseharian"
SESI 3
15.30-17.30
Ir. Putut Widjanarko, M.M. Ph.D
Vice President Operasional Mizan Publika
"Masa Depan Dunia Perbukuan Indonesia dengan Perkembangan Internet"
Drs.Budhiana Kartawijaya
Wakil Pemimpin Redaksi HU Pikiran Rakyat
"Pengaruh Internet dalam Evolusi Media di Indonesia"
HARI 2: 30/ 08/ 2009
SESI 1
13.00-15.00
Kurniasih, S.S
Dosen Sastra UIN Sunan Gunung Djati, pengkaji kesusastraan & perempuan FSK ITB
"Aspek-aspek Gender dalam Penggunaan Internet di Indonesia"
Harfiah Widiawati, S.S, M.Hum., M.A.
Dosen Bahasa Fakultas Sastra UNPAD, pengkaji bahasa dan kebudayaan FSK ITB
"Memahami Kuasa Internet dalam Mengatur Ritme dan Rutinitas Manusia Indonesia"
SESI 2
15.30-17.30
Ruly Darmawan, S.Sn, M.Sn
Dosen Desain Interior UNIKOM, pengkaji fenomena cyber FSK ITB
"Efek Interaksi Interpersonal di Internet terhadap Interaksi Sosial Masyarakat Indonesia Sehari-hari"
Alfathri Adlin, S.Sn
Pengkaji Kebudayaan FSK ITB, Direktur Paramartha International Center for Tashawwuf Studies
"Perbandingan Perjalanan Spiritual dalam Tasawuf dengan Aktifitas Surfing di Internet"
Penutup
Besar harapan kami apa yang menjadi latar belakang dari kegiatan ini beserta tujuannya dapat tercapai dengan baik. Hal ini tentunya tiada arti tanpa ada kontribusi nyata dari pihak sponsor
dan pendukung kegiatan ini.
Bandung, 30 Juli 2009
Deni Rachman
Koordinator Kegiatan
LAMPIRAN ACARA
· Sesi 1 (jam 09.30-11.30)
1. Armahedi Mahzar
Bahasan tentang cyberspace dan filsafat teknologi. Filsafat teknologi adalah ranah filosofis yang didedikasikan untuk mempelajari sifat dasar teknologi dan efek sosialnya. Armahedi diminta membahas tentang cyberspace dalam perspektif filsafat teknologi dan bagaimana kondisinya yang terkini bagi Indonesia.
2. Roy Voragen
Bahasan tentang cyberspace dan budaya bebas (free culture) yang dicetuskan oleh Lawrence Lessig. Lessig mendukung software gratis dan spektrum yang terbuka. Lessig menganggap pematenan software merupakan ancaman yang muncul bagi inovasi dan free/open source software. Pemikiran dia tentu saja agak menyimpang dari tradisi Barat yang sangat menjaga hak paten, dan apakah pemikiran Lessig sesuai dengan konteks keadaan Indonesia yang gemar membajak software?
· Sesi 2 (jam 13.00-15.00)
3. Yasraf Amir Piliang
Bahasan tentang cyberspace serta multiplisitas dan diferensi. Cyberspace dengan teknologi copy/paste memungkinkan terjadinya perkembangbiakan data yang sama berulang kali, namun juga pembedaan berulang kali dari data yang ada melalui teknologi internet. Apakah dalam multiplisitas dan diferensi yang terjadi di cyberspace, terjadi juga multiplisitas dan diferensi tanda yang bisa dianalisis melalui semiotika? Dana dikaitkan dengan konteks Indonesia hari ini?
4. Bambang Sugiharto
Bahasan tentang cyberspace dan lebenswelt. Seringkali dikabarkan bahwa cyberspace dengan hiperealitas-nya akan membuat parapenggunanya terasing dari dunia nyata dan lebih menyukai ketidakrealan yang ditawarkan cyberspace. Namun, kenyataannya tidaklah seperti itu. Orang Indonesia, khususnya, ternyata memiliki kekmampuan untuk menjinakan cyberspace menjadi bagian dari lebenswelt-nya. Kenapa hal ini bisa terjadi?
· Sesi 3 (jam 15.30-17.30)
5. Putut Widjanarko
Bahasan tentang cyberspace dan masa depan perbukuan di Indonesia, juga tentang orality dan secondary orality di Indonesia. Dengan adanya e-paper, apakah buku akan menghadapi ajalnya? Apakah dengan keberadaan e-books, maka buku cetak akan ditinggalkan? Bagaimana dengan kondisi bangsa Indonesia yang hingga kini tradisi membacanya masih payah?
6. Budhiana Kartawijaya
Bahasan tentang cyberspace dan jurnalisme baru dikaitkan dengan masa depan media massa cetak. Cyberspace memungkinkan penyebaran berita secara cepat, detik demi detik. Orang tidak perlu menunggu koran terbit esok pagi untuk mengetahui berita besar yang terjadi hari ini. Mereka bisa googling untuk mencari berita yang diinginkannya. Bagaimana koran akan bertahan dengan perubahan ini? Bagaimana dengan media massa lainnya? Akankah mereka bertahan juga menghadapi tantangan kecepatan cyberspace dalam menyebarkan berita?
HARI 2:
· Moderator: Adi Nugroho Onggoboyo **)
· Sesi 1 (jam 13.00-15.00)
7. Kurniasih
Bahasan tentang cyberspace dan gender—khususnya dikaitkan dengan konteks Indonesia. Teknologi sering diidentikkan dengan lelaki, dan perempuan selalu diidentikkan sebagai pihak yang tidak mumpuni dalam menguasanya. Kebanyakan pecandu komputer adalah laki-laki, dan hanya segelintir perempuan. Selain itu, cyberspace pun memungkinkan orang untuk mempermainkan gendernya. Dia bisa mengaku sebagai laki-laki atau pun perempuan, gay atau lesbian, dan sebagainya. Bagaimanakah konteksnya dengan Indonesia saat ini?
8. Harfiyah Widiawati
Bahasan tentang cyberspace dan tubuh yang patuh (docile body). Kini, perkembangan wahana sosialitas di cyberspace seperti awalnya friendster, kemudian blog, hingga kini yang sedang trend berupa facebook atau pun twitter telah mengatur tubuh-tubuh manusia untuk diatur sesuai ritmenya. Para pengguna Blackberry yang selalu disibukkan untuk memperbaharui status facebook-nya adalah contoh “kuasa yang bekerja pada tubuh” tersebut. Bagaimanakah hal ini dikontekskan dengan keadaan Indonesia saat ini.
· Sesi 2 (jam 15.30-17.30)
9. Ruly Darmawan
Bahasan tentang cyberspace dan ruang nyata—terkait fenomena komunitas virtual di Indonesia yang membentuk gathering di ruang nyata. Bahwa bagi kebanyakan komunitas virtual—terutama di Barat—mereka merasa tidak perlu mengadakan gathering secara fisikal. Namun, di Indonesia, setelah adanya facebook, kegiatan reuni malah semakin ramai dan terus meningkat. Para blogger sering berkumpul secara fisik di suatu mall untuk berjumpa dan berbincang-bincang. Apakah perjumpaan di ruang virtual sama sekali tidak ada artinya bagi orang Indonesia?
10. Alfathri Adlin
Bahasan tentang cyberspace dengan realitas—terkait dengan hierarki realitas dalam agama-agama dan realitas virtual dalam cyberspace. Dalam agama-agama sering diajarkan tentang realitas yang lebih tinggi hingga sampai ke hadapan Tuhan. Banyak orang menempuh perjalanan itu—di Islam diistilahkan sebagai Mi’raj—namun sesampainya dia berjumpa Tuhan, ternyata sang hamba diperintahkan untuk kembali ke dunia fisiknya. Apakah dunia cyberspace juga serupa? Bahwa setelah orang berkelana dalam dunia hiperealitasnya, orang tetap akan kembali ke dunia fisikalnya juga? Apakah ada keserupaan antara realitas cyberspace dengan realitas spiritual?